Friday, January 11, 2013

Sosialisasi dan Pembentukan Kepribadian



A.  SOSIALISASI
Manusia memerlukan sosialisasi agar potensi-potensi kemanusiaannya berkembang sehingga menjadi satu pribadi yang utuh dan anggota masyarakat yang baik.
Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat. Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan (role theory). Karena dalam proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus dijalankan oleh individu.

1.                  Proses Sosialisasi
1.1 Sosialisasi dalam masyarakat dilaksanakan melalui proses pendidikan, pengajaran, internalisasi, dan pelatihan.
1.2 Jenis-Jenis Sosialisasi
                                    
1.1 Keluarga sebagai perantara sosialisasi primer

a.       Sosialisasi Primer :
Peter L. Berger dan Luckmann mendefinisikan sosialisasi primer sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan belajar menjadi anggota masyarakat (keluarga). Sosialisasi primer berlangsung saat anak berusia 1-5 tahun atau saat anak belum masuk ke sekolah. Anak mulai mengenal anggota keluarga dan lingkungan keluarga. Secara bertahap dia mulai mampu membedakan dirinya dengan orang lain di sekitar keluarganya.
Dalam tahap ini, peran orang-orang yang terdekat dengan anak menjadi sangat penting sebab seorang anak melakukan pola interaksi secara terbatas di dalamnya. Warna kepribadian anak akan sangat ditentukan oleh warna kepribadian dan interaksi yang terjadi antara anak dengan anggota keluarga terdekatnya.

b.      Sosialisasi sekunder @ suatu proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer yang memperkenalkan individu ke dalam kelompok tertentu dalam masyarakat. Salah satu bentuknya adalah resosialisasi dan desosialisasi. Dalam proses resosialisasi, seseorang diberi suatu identitas diri yang baru. Sedangkan dalam proses desosialisasi, seseorang mengalami 'pencabutan' identitas diri yang lama.

2.                  Tujuan Sosialisasi
v   Menumbuhkan Disiplin Dasar
v   Menanamkan Aspirasi atau Cita-cita
v   Mengajarkan Peran-peran Sosial dan Sikap-sikap Penunjangnya
v   Mengajarkan Keterampilan Sebagai Persiapan Dasar untuk Berpartisipasi dalam Kehidupan Orang Dewasa

3.                  Faktor-faktor yang Memengaruhi Sosialisasi
3.1 Kesiapan atau  Kematangan Pribadi Seseorang
Yang termasuk dalm kesiapan adalah potensi manusia untuk belajar dan kemampuan berbahasa. Memaksakan bayi agar bias mengucapkan kata”saya sesegera mungkin tentu tidak sesuai dengan kematangan atau kesiapannya. Sebab pada usia 18 bulan bayi baru mampu mengenali semua laki-laki sebagai “ayah”  dan semua perempuan sebagai “ibu”nya. Baru pada usia 18 bulan-2 tahun, bayi dapat mengucapkan kata “saya” dan mulai memiliki “kesadaran akan dirinya sendiri.”
3.2 Lingkungan atau Sarana sosialisasi
Stewart (1987:98) menyatakan bahwa berberkembang atautidaknya potensi kemanusiaan seseorang tergantung pada 3 faktor yang saling terkait, yaitu :
a.                                                       Interaksi dengan sesama
Interaksi dengan sesama sangat penting , karena bakat yang begitu bsar pun akan sia-sia jika tidak diasah melalui interaksi dengan orang lain.
b.                                                      Bahasa
Mempelajari simbol-simbol kebudayaan, merumuskan dasn memehami kenyataan, memahami gagasan-gagasan yang kompleks, dan menyatakan pandangan-pandangan maupun nilai-nilai seseorang.
c.                                                                                           Cinta atau kasih sayang
Cinta atau kasih sayang diperlukan u/ kesehatan mental dan fisik seseorang.
Lingkungan sosial dimana seseorang hidup dan berkembng serta menjalani proses sosialisasi, amat berpengaruh pada hasil sosialisasi. Ketidaklengkapan orangtua misalnya, dapat  berpengaruh negative pada perkembangan anak. Ketiadaan salah satu model perilaku (entah ayah atau ibu) akan mengakibatkan kurang sempurnanya proses sosialisasi anak.
Lingkungan social yang buruk/kebudayaan masyarakat tertentu juga sangat mempengaruhi kepribadian anak yang tumbuh dalam lingkungan itu.

3.3 Cara Sosialisasi
Cara sosialisasi yang dialami oleh seseorang juga mempengaruhi hasil sosialisasi itu sendiri. Pribadi yang tumbuh dalam suasana otoriter dan selalu mengalami represi akan menjadi pemberontak/rendah diri, tidak menghargai norma, dan sejenisnya. Sebaliknya, seseorang yang mengalami sosialisasi partisipatif akan tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri, demokratis, dan menghargai orang lain.

4.                  Agen-agen Sosialisasi
4.1 Keluarga
            @ lembaga yang paling terkait erat dengan proses sosialisasi seseorang.
a)Menjaga dan memelihara anak
b)      Tempat awal persemaian nimal dan norma
c)Tempat persemaian cinta atau kasih saying
d)     Tempat perlindungan bagi anggota keluarga

4.2  Sekolah
§  Menurut Dreeben, dalam lembaga pendidikan formal seseorang belajar membaca, menulis, dan berhitung. Aspek lain yang juga dipelajari adalah aturan-aturan mengenai kemandirian (independence), prestasi (achievement), universalisme, dan kekhasan (specificity). Di lingkungan rumah seorang anak mengharapkan bantuan dari orang tuanya dalam melaksanakan berbagai pekerjaan, tetapi di sekolah sebagian besar tugas sekolah harus dilakukan sendiri dengan penuh rasa tanggung jawab.

4.3 Peer Group/Kelompok Teman Sebaya
Teman pergaulan (sering juga disebut teman bermain) pertama kali didapatkan manusia ketika ia mampu berpergian ke luar rumah. Pada awalnya, teman bermain dimaksudkan sebagai kelompok yang bersifat rekreatif, namun dapat pula memberikan pengaruh dalam proses sosialisasi setelah keluarga. Puncak pengaruh teman bermain adalah pada masa remaja. Kelompok bermain lebih banyak berperan dalam membentuk kepribadian seorang individu.
Berbeda dengan proses sosialisasi dalam keluarga yang melibatkan hubungan tidak sederajat (berbeda usia, pengalaman, dan peranan), sosialisasi dalam kelompok bermain dilakukan dengan cara mempelajari pola interaksi dengan orang-orang yang sederajat dengan dirinya. Oleh sebab itu, dalam kelompok bermain, anak dapat mempelajari peraturan yang mengatur peranan orang-orang yang kedudukannya sederajat dan juga mempelajari nilai-nilai keadilan.
4.3  Media Massa
1.2 Media massa merupakan salah satu agen sosialisasi yang paling berpengaruh
Yang termasuk kelompok media massa di sini adalah media cetak (surat kabar, majalah, tabloid), media elektronik (radio, televisi, video, film). Besarnya pengaruh media sangat tergantung pada kualitas dan frekuensi pesan yang disampaikan.
Contoh:
·         Penayangan acara SmackDown! di televisi diyakini telah menyebabkan penyimpangan perilaku anak-anak dalam beberapa kasus.
·         Iklan produk-produk tertentu telah meningkatkan pola konsumsi atau bahkan gaya hidup masyarakat pada umumnya.


4.5 Tempat Kerja
@ Sarana sosialisasi bagi seseorang. Pekerjaan tertentu menuntut peran tertentu dari pekerjaannya. Oleh karena itu, pekerjaan juga membentuk kepribadian seseorang. Orang yang bekerja di pabrik misalnya, akan terbentuk menjadi pribadi yang disiplin, menghargai waktu, menguasai teknologi, dan teun dalam bekerja.

4.6 Negara
Negara mensosialisasikan nilai dan norma yang dianut oleh masyarakat, bangsa dan negara kepada warga masyarakat. Negaralah yang menentukan usia minimum bagi seseorang agar boleh mengemudikan mobil, memberikan suara dalam pemilu, atau boleh mengambil pension,dll. Jadi, Negara menentukan perilaku yang tepat pada usia tertentu dari warga masyarakat.

B.   KEPRIBADIAN
1.      Pengertian kepribadian
o   Menurut Horton (1982:12) @ keseluruhan sikap, perasaan, ekspresi dan temperamen seseorang.
o   Schaefer&Lamn (1998:97) @ keseluruhan pola sikap, kebutuhan, ciri-ciri khas dan keseluruhan perilaku seseorang

2.      Faktor-faktor yang Memengaruhi Kepribadian
Warisan Biologis
@ semua hal yang diterima seseorang sebagai manusia melalui gen kedua orang tuanya.
Beberapa pakar mengatakan bahwa perbedaan antar orang dalam hal kemampuan, prestasi dan perilakunya sepenuhnya ditentukan oleh lingkungannya. Oleh karena itu, perbedaan warisan biologis antar individu tidaklah terlalu penting.
Kepribadian setiap orang berkembang melalui interaksi sejumlah factor yang bekerja di atas warisan biologisnya yang unik.

Lingkungan Fisik
Lingkungan alam atau fisik hanya memberi serangkaian pembatasan bagi kebudayaan yang mungkin berkembang. Pada gilirannya, kebudayaan itulah yang mempengaruhi kepribadian seseorang.

Kebudayaan
a.       Contoh pengaruh kebudayaan terhadap kepribadian
Kebudayaan suku Zuni mengutamakan harmoni, kerja sam, menghindari persaingan, sikap agresif dan ambisi. Harta milik dinilai berdasarkan manfaatnya bukan sebagai symbol prestise dan kekuasaan. Pandangan orang lain menjadi sarana control sosial yang kuat.
Hasilnya, warga Zuni adalah pribadi yang percaya diri, mempercayai orang lain, tenang, aman, murah hati, sopan, dan kooperatif.

b.      Pengalaman individu
Setiap kebudayaan memberikan pengaruh umum terhadap individu yang tumbuh di dalamnya. Pengaruh itu berbeda dari satu kebudayan dengan kebudayaan lainnya.

c.       Pengalaman bersama
Ø  membentuk satu “modal personality” atau keadaan sosial yang berkembang pada sebagian besar keluarga masyarakat. Pengalaman sama yang dialami oleh kebanyakan warga sebuah kebudayaan menimbulkan kemiripan kepribadian dalam masyarakat dan membedakannya dengan kepribadian warga masyarakat lain. Oleh karena itu, kita bias merasakan bahwa kepribadian orang Jepang berbeda dengan kepribadian orang Inggris. Kepribadian orang Dayak relatif berbea dengan kepribadian orang Batak, Minang, Papua, dsb.

Pengalaman Hidup dalam Kelompok
@ wahana dimana seseorang mengalami perkembangan kepribadian. Tanpa pemgalaman hidup dalam kelompok kepribadian normal seseorang tidak mungkin berkembang.

Pengalaman Unik atau Khas
Pengalaman hidup seseorang adalah unik dan tak seorang pun yang menyamainya.  Pengalaman-pengalaman seseorang tidaklah ditambahkan melainkan dipadukan. Keberhasilan atau kekalahan hari mempengaruhi seseorang  dalam bentuk seperti kemenangan atau kekalahan di masa lalu.

3.      ahap-tahap Perkembangan Kepribadian

Tahapan Perkembangan Kehidupan Menurut Erik H. Erikson
Usia
Krisis identitas yang harus dilampaui
Nilai keutamaan dasar yang dikembangkan
Bayi
Percaya Vs. Tidak Percaya
harapan
Awal kanak-kanak          (2-3 tahun)
Kemandirian Vs. Pemalu dan Peragu
kehendak/kemampuan
Tahap bermain          (4-5 tahun)
Inisiatif Vs. Rasa bersalah
Tujuan/cita-cita
Tahap sekolah           (6-1 tahun)
Pekerja Keras Vs. Rendah Diri
Kompetensi
Remaja                   (12-18 tahun)
Identitas Vs. Kebingungan Peran
Loyalitas/kesetiaan
Dewasa awal         (19-35 tahun)
Keakraban Vs. Keterasingan
Cinta
Dewasa menengah     (36-50 tahun)
Produktivitas Vs. Kemandegan
kepedulian
Tua                         (51 tahun keatas)
Integritas Vs. Tak Berpengharapan
Kebijaksanaan

4.      Perkembangan Kesadaran diri Sesuai dengan Penampilan Orang Lain
Charles Horton Cooly  mengemukakan teori bahwa proses pembentukan kepribadian seseorang itu pada hakikatnya merupakan proses berkaca diri (looking glass self), yang pada intinya  mengatakan bahwa  seseorang mengevaluasi dirinya sendiri atas dasar sikap dan perilaku orang lain terhadapnay. Cooly beranggapan bahwa diri seseorang berkembang dalam interaksi dengan orang lain. Jadi gambaran seseorang tentang diri sendiri tidak ada hubungannya dengan kenyataan yang sesungguhnya, tetapi lebih ditentukan oleh pandangan orang lain terhadap dirinya.

No comments:

Post a Comment

My Slide Design

✿✿✿